Selebriti Sosialita dan Media Massa - Televisi dan Konsumerisme
Fenomena sebagian selebriti/public figure sekarang terkesan menampilkan sifat hedonis. Banyak artis yang gemar berburu barang mewah/branded, menunjukkan koleksi barang mewah miliknya kepada publik demi status sosial, berpenampilan serba glamour. Hal ini, sering disebut dalam berbagai media massa dan dikaitkan dengan "Sosialita". Tentu saja, fenomena ini mendapat sorotan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia yang justru merupakan masyarakat kelas menengah dengan pendapatan rata-rata 4jt/bulan tiap kepala keluarga (Data dilihat dari BPS.go.id) Keingin tahuan masyarakat tentang "Sosialita" pun akan terobati melalui berbagai tayangan pada media massa yang nampak begitu menarik untuk selalu diikuti.
Media masa tidak hanya sekedar berperan untuk menyampaikan informasi kepada publik/khalayak, tetapi juga seharus nya bisa mengontrol bagaimana persepsi masyarakat yang timbul akibat informasi yang telah disampaikan. Di era teknologi seperti sekarang, media telah bertansformasi dalam berbagai jenis dan bentuk. Salah satu yang paling berpengaruh ialah TELEVISI. Bukan tanpa alasan, TV dianggap paling berpengaruh karena merupakan media elektronik yang bersifat audio sekaligus visual. Sehingga para audiens dari TV pun akan lebih lengkap dalam mencerna segala informasi. Namun, bagi para ahli komunikasi dan orang yang paham bagaimana balik layar TV itu tentu paham bahwa media massa tak selamanya menyuguhkan hal-hal yang baik dan benar.
Arus informasi melalui media khususnya TV sekarang ini sudah tak terbendung lagi. Setiap waktu kita selalu disuguhkan berbagai informasi yang juga diselingi berbagai iklan produk. Ketika informasi yang disampaikan adalah tentang para selebriti dengan gaya hidup yang serba mewah dan seolah selalu bahagia, penonton pun akan terdoktrin bahwa ukuran kesenangan/bahagia bisa melalui materi saja. Keadaan ini bisa diperparah ketika sering muncul beragam iklan yang jelas bersifat persuasif untuk membeli/menggunakan suatu produk atau jasa. Iklan juga merupakan penciptaan image pencitraan suatu perusahaan. Karena inilah orientasi konsumsi masyarakat bisa bergeser dari yang mulanya "kebutuhan hidup" menjadi "gaya hidup" semata, selain disebabkan proses imitasi dari selebriti/idola.
Jadi, sebagai audiens kita harus paham betul bagaimana dampak dari media yang kita tonton/dengar/lihat dan apa tontonan yang kita konsumsi.
Jikalaupun kita tak bisa mengontrol informasi yang kita dapat, setidaknya kita seharusnya mampu membentengi diri agar tetap menjadi diri sendiri dengan tidak meniru orang lain secara berlebihan dan sebatas wajarnya saja.
Media masa tidak hanya sekedar berperan untuk menyampaikan informasi kepada publik/khalayak, tetapi juga seharus nya bisa mengontrol bagaimana persepsi masyarakat yang timbul akibat informasi yang telah disampaikan. Di era teknologi seperti sekarang, media telah bertansformasi dalam berbagai jenis dan bentuk. Salah satu yang paling berpengaruh ialah TELEVISI. Bukan tanpa alasan, TV dianggap paling berpengaruh karena merupakan media elektronik yang bersifat audio sekaligus visual. Sehingga para audiens dari TV pun akan lebih lengkap dalam mencerna segala informasi. Namun, bagi para ahli komunikasi dan orang yang paham bagaimana balik layar TV itu tentu paham bahwa media massa tak selamanya menyuguhkan hal-hal yang baik dan benar.
Arus informasi melalui media khususnya TV sekarang ini sudah tak terbendung lagi. Setiap waktu kita selalu disuguhkan berbagai informasi yang juga diselingi berbagai iklan produk. Ketika informasi yang disampaikan adalah tentang para selebriti dengan gaya hidup yang serba mewah dan seolah selalu bahagia, penonton pun akan terdoktrin bahwa ukuran kesenangan/bahagia bisa melalui materi saja. Keadaan ini bisa diperparah ketika sering muncul beragam iklan yang jelas bersifat persuasif untuk membeli/menggunakan suatu produk atau jasa. Iklan juga merupakan penciptaan image pencitraan suatu perusahaan. Karena inilah orientasi konsumsi masyarakat bisa bergeser dari yang mulanya "kebutuhan hidup" menjadi "gaya hidup" semata, selain disebabkan proses imitasi dari selebriti/idola.
Jadi, sebagai audiens kita harus paham betul bagaimana dampak dari media yang kita tonton/dengar/lihat dan apa tontonan yang kita konsumsi.
Jikalaupun kita tak bisa mengontrol informasi yang kita dapat, setidaknya kita seharusnya mampu membentengi diri agar tetap menjadi diri sendiri dengan tidak meniru orang lain secara berlebihan dan sebatas wajarnya saja.
Komentar
Posting Komentar