T A C E N D A
Aku ingin bercerita.
Bukan satu atau dua kata.
Banyak kata yang ingin kuucap,
tapi bibir menolak.
Ia takut.
Telinga siapa yang hendak
mendengar ocehannya?
Hati siapa yang tersentuh
olehnya?
Jiwa dan raga siapa yang peduli
dengannya?
Terlalu banyak bicara pun tak
bisa merubah semuanya.
Memang, terkadang orang bertanya.
Tapi siapa sangka itu adalah
sekedar keingintahuan belaka.
Jadi, yang kejam itu manusia atau
keadaan?
Katanya manusia itu makhluk
sosial.
Bukankah setiap makhluk ‘sosial’
itu punya perasaan?
Entahlah.
Terkadang lucu ketika seseorang
selalu ada disaat orang lain membutuhkan, tetapi tidak sebaliknya.
Oh ayolah, perasaan.
Selama aku hidup di dunia, aku
mengamati satu hal.
Ketika perasaan cinta kasih bisa
begitu mudahnya digantikan dengan selembar kertas.
Menyedihkan.
Lalu apalagi yang bisa kukatakan
ketika akupun sudah kehabisan kata-kata?
Akhirnya.
Semua kusimpan sendiri, dalam
sebuah kotak ruang dimensi yang kusebut memori.
Bahkan antara bahagia dan sedih
pun nyaris terlihat sama.
Ibarat warna.
Kini semuanya berada di satu
spektrum yang sama.
Komentar
Posting Komentar